"Rumahku Rumah Dunia"
Cinta Imajinasi
: Muhammad Iqbal
Bilakah aku mencintai seorang wanita,
maka aku jujur aku katakan padamu aku mencintainya.
Tapi aku tak janji akan mengatakan kepadanya…
Cintaku adalah anugerah Tuhan untukku, namun bukan anugerah Tuhan untuk wanita yang aku cintai…
Cintaku adalah cinta imajinasi yang mengisyaratkan kebuntuan berpikir dan merasa, karena wanita yang aku cintai hanya menjadi imaji dalam mimpi-mimpiku,
dan dalam lompatan kesadaran waktu yang aku lalui…
Karena bilakah aku melihat gambaran nyata wanita yang aku cintai, aku makin yakin cintaku adalah cinta imajinasi.
Ya! Cinta ini melebur menjadi denyutan rasa yang menggoyahkanku tiap saat,
lalu membantingkan prinsip; betapa bodohnya menjadi gila karena cinta!
Sesaat cintaku terbentur ideologi,
sesaat kemudian ideologiku terbentur cinta.
Namun sejurus kemudian aku sadar,
ternyata aku hanya mencintai ideologiku;
ideologi cinta! Cinta untukmu…
-17 Juni 2010-
“Karena aku Mencintai Minang”
:Muhammad Iqbal
Aku rindu pada ranah minang..
Kerinduanku bukan kerinduan sesaat dan semu, melainkan serupa kerinduan seorang ibu pada anaknya yang pergi jauh… Kerinduan sepasang kekasih yang saling mencintai namun ditinggal mati… Kerinduan tanah tandus pada air hujan… Kerinduan Laila pada kekasihnya Majnun…Kerinduan Mamo pada Zain… Kerinduan Rabi’ah pada Tuhannya.. Dan serupa kerinduan seorang perantau pada kampung halamannya… Ingin sekali aku ‘pulang‘ ke Padang…
Karena aku mencintai Minang…
Sebagai budaya dan ideologi ‘ciptaan’, salahkan jika aku mencintai ideologiku saat ini? Dan segala hal yang melekatkanku pada Minang selama ini… Bukan karena orang minang yang aku cari, bukan pula karena aku sedikit banyak pandai berbahasa Minang.. Tapi karena memang Minang telah menjadi ideologi yang mendarahdaging… Menjadi semacam ‘collective unconsciousness’ yang memfusi pada setiap detakan jantung..
Karena aku mencintai Minang…!
-16 Mei 2010-