: Ahmad Ragen
Setelah perjalanan kita 2 minggu lalu ke Rumah Dunia, bagiku seolah aku menemukan sisi lain dari naluriku yang hilang… Ya semacam ada perasaan bahagia bisa kembali, tapi juga ada perasaan malu… Malu karena [mungkin] belum saatnya aku kembali…
Sejak Maret 2007 (semester 2) aku bergabung di Rumah Dunia (RD) sebagai peserta kelas menulis (angkatan 9).. Aku harus jujur bahwa keterampilanku menulis memang diasah di Rumah Dunia oleh Mas Gong dan penulis lain.. Belajar menulis di RD gratis dan mudah… Ya hanya dengan mengumpulkan karya (fiksi, non-fiksi & news) dan menyumbangkan satu buku, maka kita bisa bergabung di RD..
Oh, betapa bahagianya aku bisa belajar tiap minggu di Rumah Dunia.. Setiap hari minggu aku PP Jakarta-Serang untuk belajar di Rumah Dunia.. Hingga satu hari, di kelas menulis Mas Gong meminta semua peserta untuk memiliki nama pena.. Saat itu aku usulkan nama penaku adalah RAGEN! (Rage Again). Dan mulai saat itu Mas Gong mengingatku hanya sebagai Ragen, kemudian diikuti oleh tutor, peserta, volunteer dan semua yang ada di RD.. (Padahal seingatkan ada beberapa peserta yang walaupun punya nama pena, tetap disebut nama aslinya).
Mas Gong selalu bilang, “Kalian tidak perlu membayar serupiah pun kepada Rumah Dunia, cukup bayar dengan tulisan kalian…!!” Nah, itulah yang memotivasi saya dan kawan2 peserta menulis untuk menulis..
Satu kali saat liburan kuliah, aku turut menghadiri ‘reuni kelas menulis Rumah Dunia’ selama 3 hari di Anyer tahun 2009.. Pada satu moment kita semua berkumpul dan duduk bersama, Mas Gong meminta masing2 alumni kelas menulis untuk menjelaskan aktivitas menulisnya saat ini.. Ada yang menjawab sudah menulis novel, mengirim cerpen ke majalah, mengirim tulisan ke koran, membuat bulletin, dll, walau ada juga yang belum memiliki karya. Lalu giliran saya menjawab, “Alhamdulillah saya tetap menulis, sekarang masih wartawan di Radar Banten, dan karena sedang libur kuliah jadi saya bisa menulis 5 sampai 8 jam setiap hari…”
(Hm.. Sebenarnya aku bingung mau jawab apa… Tapi untungnya jawaban ini dinilai cukup.. Walau tetap saja cita-cita menulis itu belum tercapai..)
Kelas menulis berlangsung selama 3 bulan, usai kelas menulis angkatan 9, aku merasa masih ingin belajar, maka aku bergabung kembali di kelas menulis angkatan 10 (dengan tetap mengajukan persyaratan seperti semula). Setiap hari hinggu kami belajar menulis dan sabtu kami berdiskusi dengan penulis dari luar, seperti Pak Taufik Ismail, Dik Doank dll.
Oya, pada masa awal belajar, kita diberikan materi tentang blogs yang diisi oleh Budi Putra.. Aku baru paham tentang blogs saat itu, lalu dari sini semua peserta kelas menulis diminta membuat blogs.. Maka saat itulah aku mulai aktif menulis di dunia maya, resensi, artikel, cerpen, catatan harian, review dll (www.ahmadragen.blogspot.com dan www.ragenitas.blogspot.com). Dari Rumah Dunia juga aku bisa menghasilkan beberapa tulisan. Ya setidaknya catatan2ku di dunia maya dan tulisan yang menjadi tugas mingguan yang Mas Gong tugaskan untuk peserta kelas menulis..
Yang paling berharga adalah, karena Rumah Dunia aku bisa mengenal kata ‘Literasi’!! Kata ini agak sulit aku terjemahkan, tetapi perlahan aku ikut menyelami dan menggelutinya bersama Rumah Dunia.. Mas Gong sejak awal menyebutnya sebagai Gempa Literasi! Maksudnya bahwa kemampuan berliterasi (baca, tulis, diskusi) seharusnya tidak dimiliki sendiri, tetapi bagaimana individu membagikan itu kepada orang lain..!
Selesai dari kelas menulis, mulailah aku mencoba menerjemahkan dan mengaplikasikan makna “Gempa Literasi” yang Mas Gong sampaikan..
Tahun 2007 (semester 4) aku membuat tulisan tentang “Literasi sebagai Kearifan Lokal”, yang menjadi jawara tulisan lomba Karya Tulis Ilmiah IMM periode 2007-2008.. Tahun 2008 (sem. 5) saat mencalonkan diri sebagai Presiden BEMF Psikologi, aku membawa gagasan Literasi ini di kampus yang dituangkan dalam visi misi dan kampanye membaca.. Namun karena gagasan literasi ini tidak dibarengi dengan kekuatan politik yang kuat, maka tidak sampai aku realisasikan di BEM.. Sebagai kompensasinya, aku salurkan gagasan literasi ini bersama kawan2 IMM Psikologi dengan membuat bulletin, diskusi mingguan dan menggiatkan membaca… Usai dari IMM Psikologi, pertengahan 2009 (sem 6), selama 3 bulan aku masuk menjadi wartawan Radar Banten sebagai pers kampus (mahasiswa-wartawan)..
Tak puas dengan itu, sem 8 aku mencoba menggagas ‘Campus Literacy Movement’ (CLM), gagasan sederhana untuk membuat gempa literasi di kampus. Aku ingin mengumpulkan kawan2 mahasiswa di Psikologi yang suka membaca dan menulis untuk kemudian membangun komunitas dan mengembangkan karya.. Dari CLM aku dan kawan2 mencetak bulletin mingguan seputar literasi.. Tapi sayang tak berjalan lama karena ini berbarengan dengan kinerjaku di IMM sebagai ketua cabang.. Maka semua konsentrasi difokuskan pada kegiatan cabang. Di cabang, aku kembali menggulirkan gagasan literasi, membuat gempa literasi di IMM (setelah tulisan tentang “Literasi sebagai Kearifan Lokal”). Dalam rapat persiapan raker, aku mengusulkan untuk program School of Writer (SOW), yang kemudian ini ditindaklanjuti oleh Bid. Kelimuan dan Insight. Sebetulnya gagasan awalnya SOW akan seperti SOT, tapi ‘pihak donatur’ menginginkan ini menjadi berkelanjutan, maka konsep dikembangkan oleh kawan2 keilmuan dan tutor.. Aku senang akhirnya ini bisa bergulir sekalipun aku telah LPJ..
Setelah ini??
Setelah ini aku hanya berharap bisa membuat episentrum gempa di tempat lain…! Cita-citaku memang menjadi penulis.. Tetapi apapun, yang ingin aku katakan adalah menulis akan tetap menjadi bagian dari hidupku… Jika aktifitas menulisku ini mati, maka aku mati!
Mari kita ciptakan Episentrum Gempa Literasi yang lebih dahsyat…!!
Jayalah selalu Literasi Jaya…!! =)
Salam Literasi!
-160111-
0 comment:
Post a Comment