RSS

Menjadi Pecundang??!

Sabtu, 1 November 2008

Hari ini memoriku mencatat satu pengalaman yang aku sesalkan...

Dalam satu hari ini!

Aku melewatkan satu kesempatan berharga dan meninggalkan kesempatan lain yang tengah aku nikmati...??? Hari ini ada 2 pengalaman yang ingin aku tuliskan, dan aku pikir ini adalah saat di mana tak ada waktu lagi untuk menyombongkan diri ketika pengalaman dan pengetahuan telah aku lewatkan tanpa selontar pun kata keluar untuk pamit...

Sesalku yang pertama: Menagih I'tikad Lama

Tahun lalu, pada 15 Desember 2007, aku adalah manusia lemah yang terbujur kaku di sudut kamar salah satu vila di kaki Gunung SaLak, Bogor. Di saat yang lain berteriak hebat dalam materi Develomment Training FP2I, aku menjerit sakit karena gejala tipes tengah menggerogoti satu per satu dari ketahanan tubuhku..

Tapi rupanya sakit yang hebat itu justru berubah menjadi satu kebahagiaan, karena di tengah rasa sakitku, ada banyak teman dan orang lain yang menolong di tengah kesibukan mereka.. Mereka adalah sebagian besar panitia FP2I.

Aku masih bisa membayangkan bagaimana mereka ada untukku saat gejala tipes itu mulai menyerang hingga jarum infus masuk melalui tangan kananku….

Ya Allah… hingga aku pulang dari acara Fp2i itu, aku terus dibayang-bayangi keinginan untuk selalu menjaga dan membesarkan Fp2i kelak…

Aku yang akan menjadi ketua FP2I! Begitu pikirku dulu…



-Aku merasa berhutang budi pada mereka, hingga aku berpikir

bahwa FP2I adalah tanggungjawabku selanjutnya...-

----------

Dan saat ini, aku adalah satu dari tiga orang yang tengah duduk di depan sekitar 30 anggota, pengurus dan purna FP2I sebagai calon ketua FP2I mendatang!

Aku calon ketua FP2I……????

Uugghh… Ada kebingungan dan cemas yang bergelut dan terus berputar dalam ketidaksadaranku…. Apa yang harus aku katakan jika aku tidak menjadi ketua FP2I?? Ahh!! Terlalu mengecewakan bagiku…..

Tapi, inilah pertimbangan besarku: “Jika aku diangkat menjadi ketua FP2I saat ini, maka tentu bulan depan tak ada ruang bagiku untuk maju sebagai calon presiden BEMF Psikologi”.

Aku tau menjadi seorang presiden BEM bukan perkara mudah, selain karena idealisme yang aku pegang, juga terlebih karena unsur politis yang sangat kental… Sejujurnya, bukan jabatan presiden yang aku inginkan dengan mencalonkan diri sebagai Presiden BEMF, namun lebih karena ingin membesarkan nama partai dan organisasi yang aku pegang… Karena jika aku naik jadi Capres tahun ini, maka ini dalam sejarah pertama kalinya ada calon presiden dari Progressive/IMM.. Intinya aku hanya ingin menujukkan bahwa kami berani dan diperhitungkan!!

Aku kemudian berpikir, bahwa Presiden BEM adalah cita-cita sebagian besar orang di kampus… Aku sempat bertanya pada t’Sahuma, kakak tingkat di FP2I dan IMM… Apa yang harus aku pilih… Ketua FP2I atau Presiden BEM??

Tapi rupanya dari pertanyaanku ke k’Kiki (panggilan t’Shauma), tak ada jawaban yang mendukung pada salah satu pilihan.. Dan karena memang saat kita masih mendiskusikannya,, ada nak PMII yang tiba2 aja datang mendekat.. Bubar deh kita.. Dan aku tak menemukan mana yang harus aku pilih…..

Saat itu calon ketua FP2I ada tiga orang, Aku, Adam dan Ade…

Aku dan Ade adalah calon presiden BEMF, sementara Adam bagiku adalah orang baru yang untuk pertamakalinya ia berada di tengah pergumulan organisasi..

“De, gimana? Kayaknya biarin Adam aja yang jadi ketua FP2I?! Gw tau Adam masih perlu belajar banyak gimana pegang jabatan di organisasi, tapi biarlah, dia aja yang jadi ketua FP2I, gw percaya.. Kita urusin aja BEMF…” bisikku pada Ade di tengah diskusi pencalonan ketua FP2I. [Ini KONSPIRASI?! =0 Hhe..]

Maka saat itu, yang terjadi adalah aku tak serius menyampaikan visi misi,. Apalagi menjawab pertanyaan anggota MUBES FP2I,. Terlebih saat rekomendasi komisi C tentang syarat menjadi ketua FP2I tidak aku gugat sama sekali! Rekomendasi itu banyak sekali dan akan sangat menentukan siapa diantara ber-3 yang layak menjadi ketua FP2I.

Padahal saat Mubes sidang pleno, nama FP2I sempat aku gugat dan kritisi agar diganti tidak lagi menjadi Forum Pengkajian Psikologi Islam (FP2I), tapi semacam Himpunan Pengembangan Psikologi Islam… Tapi rupanya sia-sia, karena kritisisme itu tumbang di depan ‘perasaan’!

Dan,

Rupanya dzikir malaikat menuntunku untuk meninggalkan jabatan sebagai ketua FP2I!!

…….Aaaaaaaaaaaahhhhhh!!!!!!!

Pada akhirnya aku harus sesalkan semuanya…. Ya,, aku sesalkan itu!!

Jujur, aku akui memang menyesal meninggalkan kesempatan menjadi ketua FP2I…

___Semoga Allah mengampuniku, dan tidak menggugat tekadku menjadi ketua FP2I dulu..






Sesalku yang Kedua: Meninggalkan Kesempatan


Ini betul-betul hari yang kurang membahagiakan, hari bagi seorang pengecut yang lupa rasa terima kasih!!

Selesai acara FP2I jam 7 pagi itu, aku segera berangkat menuju rumah di Serang… Jam 10 ini aku harus ada di kantor Radar Banten. Ya, aku mengejar waktu untuk Radar Banten..

Jam 11 aku sampai di rumah..

Sesampainya di rumah, yang ada justru bingung!

Tetap datang ke Radar tanpa membawa berita satupun, atau lebih baik berada di rumah dan izin tidak ke Radar karena tidak membawa berita… ??”

Salah seorang senior di Radar pernah menegur di waktu jam menulis berita,

“Bal, lo bawa berita??”

“Lagi engga ada bang..”

“Terus, ngapain lo datang kalo ga bawa berita??!!”

Huffhh…...!! jRit!

Maka hari ini aku pikir percuma datang ke Radar, lebih tepatnya maLu kalo datang tapi ga bawa berita…….. Padahal biasanya aku berhasil memuat tiga berita dalam sekali terbit,. Tapi kali ini bener2 ga ada.

Nah, karena ke Radar itu biasanya jam 9, dan sekarang sudah jam 11 lebih.. maka aku izin menelpon kakak yang sudah lebih dulu ada di kantor Radar Banten,

“Teh, Iiq ga ke Radar hari ini, izinin ya.. tadinya dah niat, tapi engga ah, engga bawa berita, pernah ditegur soalnya, ngapain ke radar kalo engga bawa berita..“

“Datang aja sih…?! Tapi ya terserah, nanti dikasih tau ke Pak Malik”.

Sampai jam 12 aku justru makin bingung,,

Jika hari ini tidak masuk lagi ke Radar, berarti dah 3 minggu ini engga ngantor!!

Akhirnya sampe jam 1 teteh telpon lagi.

“Iq, datang aja ke Radar sekarang, ni iiq lagi diobrolin ma Pak Malik di kantor”.

__Pak Malik tu penanggung Jawab redaksi.

[2 minggu yang lalu aku sempat konsultasi dengan BoNyok (bokap nyokap-red), kalo aku sulit melanjutkan magang di Radar, karena engga bisa ngejar waktu untuk nulis berita, dan pulang seminggu sekali Jakarta-Serang kadang cuma buang waktu ma ongkos aja…]

Akhirnya, selesai teteh telpon itu, segera aku menuju Radar…

Di Radar masih rapat proyeksi… Aku masuk di tengah2 rapat…

Dan… saat itu seperti biasa, di rapat proyeksi kita evalusi dan membahas apa yang akan diterbitkan di edisi besok…

Aku sengaja datang ke Radar bukan untuk waktu kerja, tapi Cuma untuk menyampaikan kalo aku ga bisa lagi melanjutkan di Radar,, maka selama rapat itu aku sms teteh untuk mulai pembicaraan dengan Pak Malik jika Rapat sudah selesai..

“Rapatnya sampai sini aja, kalian lanjutkan nulis beritanya” seru Pak Malik.

“Pak, Iqbal ada yang mau diomongin dulu.” Kata Teteh

“Yah.. mau ngomong aja sms dulu” yang lain ketawa.

“Gini Pak, sebenarnya saya izin hari ini ga ke Radar karena engga bawa berita. Tapi teteh bilang ke Radar aja, dan obrolin ada kendala apa dan maunya gimana.. Ya,, akhirnya saya pikir, saya engga bisa lanjutin di Radar Banten.., saya engga bisa kerja dengan baik Pak, terbukti selama 3 minggu ini engga ada berita yang saya kirim. Saya kesulitan meluangkan waktu untuk cari berita Pak.. dan pertimbangan lainnya, saya engga bisa datang ke Radar tiap minggu, padahal itu berarti buat saya bisa datang ke kantor.. saya masih mempertimbangkan waktu dan uang juga untuk pulang pergi Jakarta-Serang, intinya saya mau ngundurin diri dari Radar Banten Pak”. Ini tampak seperti curhat ke Pak Malik dan semua yang ada di Radar.

“Ya.. kalo saya sih terserah kamu Bal,, tapi sangat disayangkan, kamu engga perlu datang ke kantor juga engga masalah, asal kirim aja beritanya ke e-mail. Coba pertimbangkan lagi lah…”

“Iya Pak, sudah saya obrolkan juga dengan orang tua, tapi memang kendalanya saya engga bisa kejar tugas utamanya, cari berita... Mohon maaf dan terima kasih sebelumnya”.

Selesai obrolan itu, Pak Malik pamit keluar.

Dan kita masih melanjutkan rapat, di tengah rapat itu aku coba utarakan lagi yang sejelasnya ke temen di Radar.. Tapi Yah.. ini yang lucu!! Aku pikir mereka bakal tanggapi dengan serius juga.. “Yah… baL, pokoknya kalo ada berita mah kirim-kirim aja ke kantor” seru yang lain.

Intinya mereka cuek aku melanjutkan atau mengundurkan diri.. Bahkan dikira aku tengah becanda. Hm… ini nih sebenernya yang ngocol dan bikin BT juga… orang lagi serius, eh, malah ngakak,, ngetawain… Ya udah, akhirnya siang itu gw pamit.. dan kembali ke rumah,, tanpa menulis berita.

Ya Allah… terlalu cepat keputusan ini, aku berharap untuk mengundurkan diri dari Radar ini sebulan lagi, jangan sekarang-sekarang.. Tapi, yah… engga ada kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku hari ini.

Menyesal!

Pengecut yang lupa rasa terima kasih..”

Yang dapat aku lakukan adalah berbuat lebih baik dari yang telah aku lewati, atau meninggalkan satu perkara untuk perkara yang lebih besar….

Dalam satu hari dua keputusan besar aku ambil..

Dengan berbagai pertimbangan yang cukup matang sebetulnya..

Melepas tanggungjawab menjadi ketua Forum Pengkajian Psikologi Islam (FP2I) dan meninggalkan status sebagai reporter/wartawan Radar Banten…….

Huffhh….. Bukankah itu keputusan yang besar? Gw stuck juga sehari ini!

Aku harus merencakan sesuatu yang lebih besar!

Oke, tidak menjadi ketua FP2I, tapi aku bisa bergerak untuk menjadi Calon presiden BEMF! Menunjukkan bahwa aku dan golonganku ada dan diperhitungkan di kampus.. Dan aku akan tunjukkan bahwa aku adalah yang terbaik di antara calon-calon yang lain.. Sekalipun tidak menjadi presiden nantinya, maka aku akan tetap bergerak melampaui besarnya gerakan yang mereka buat!

Mengundurkan diri dari Radar Banten… atau mengubah status dari Reporter menjadi kontributor. Biarlah… Tapi aku akan tetep bergerak dalam dunia jurnalistik! Aku berniat untuk membangun gerakan literasi kampus, aku akan jauh lebih banyak menulis, dan bersama mahasiswa lainnya membudayakan budaya baca dan tulis, bahkan aku bercita-cita untuk menerbitkan buku!

Ya,, semuanya adalah resiko.. meninggalkan pilihan untuk pilihan yang lain dan Insya Allah lebih baik………

__semoga Allah masih memberikan hidayah dan karunianya kepada kita. amien



-Aktivitas menulis berita di kantor Radar Banten-

-------------Aku ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

Keluarga Besar Radar Banten,, Aku belajar banyak dari mereka. Teteh yang dah ngasih kesempatan, a’Fauzi (reporter yang serius tapi santai, profesional dan care dah…), t’Huma, Isa, dkk. Pak Asep, dan Pak Malik, makasih semuanya..

Aku tak kan pernah berhenti menulis! =)




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS