RSS

Demokrasi Bubur Kacang Ijo

Kamis, 09 April 2009

Ini catatan sewaktu PEMILU CALEG berlangsung di Indonesia…


Ini hari Pemilihan Umum (PEMILU). Oh, ya! Ini hari yang disebut orang sebagai pesta demokrasi dan aku tidak ikut di dalamnya. Ya, aku tidak berpartisipasi dalam PEMILU LEGISLATIF yang berlangsung hari ini… Maafkan aku, pemerintah..?! Tapi karena memang aku tidak berniat memilih, tak apa ya?? Lagi jika aku harus memilih aku harus kembali ke Serang dan menghabiskan anggaran sekitar Rp. 53.000 untuk ongkos perjalanannya. Dan itu salahmu pemerintah! Andai saja kau cerdas, mungkin aku hanya perlu mengeluarkan ongkos Rp. 10.000.- untuk perjalanan Serang-Jakarta. Tapi… Ah, Ini hanya PEMILU CALEG, jika hari-hari sebelumnya ada banyak orang yang bertanya padaku akan memilih atau tidak, maka aku jawab, “Biar keluarga dan saudara-saudara mereka sajalah yang memilih mereka…”. Mereka di DPR itu untuk mereka, dan bukan untuk rakyat! Selamat kepada mereka (caleg) yang telah mendapatkan pekerjaan baru, [yang aku tahu caleg berarti juga pengangguran].


Lalu, karena tidak memilih alias “golongan transparan”, maka waktu di hari ini aku gunakan untuk berkumpul bersama teman-teman mahasiswa dari ITB, UNPAD, UI, GUNDAR, UIN, LSM-LSM, dan dari kampus lain serta kalangan lainnya untuk membentuk suatu kepanitiaan yang bertugas menangani bantuan Psikososial bagi warga Situ Gintung yang terkena musibah. Rapat selesai jam 5 sore.


Malam harinya, karena aku makan siang di waktu sore selesai kumpul tadi, maka aku penuhi sedikit lagi lambungku sebagai ganti makan malam dengan ‘Bubur Kacang Hijau Madura”. O, ini enak sekali… aku rekomendasikan Bubur Kacang Hijau Madura yang satu ini untukmu. It’s so delicious!


Di bubur kacang ijo...

Aku memesan satu mangkuk bubur kacang ijo, dan tidak menunggu lama Bubur pun disajikan. Saat asyik menikmati bubur kacang ijo yang masih hangat, dua orang ibu-ibu datang sebagai pelanggan yang ingin juga ikut menikmati dahsyatnya rasa bubur kacang ijo... [Lby!] Salah seorang dari ibu itu memintaku bertukar tempat duduk.

“Mas, kayaknya kita bertukaran tempat ya? Di sini sempit untuk berdua“.

“Oh, ya Bu... silahkan“

Sambil menunggu bubur kacang ijo disajikan, salah seorang ibu bertanya pada Pak penjual bubur.

“Pak, udah liat hasil pemilu legislatif, siapa yang menang?“

“Engga tau Bu..” jawab Pak bubur sambil menyiapkan bubur2 pesanan.

“Mas, udah liat?” ibu itu bertanya kepadaku.

“Demokrat yang menang Bu“ seruku.

“O..Berapa persen itu?“

“Tadi yang saya liat 20 %, kedua Golkar 14 %, di bawahnya PDI, tapi itu belum 100 % suara yang masuk, masih sekitar 70%-an“

“Wah.. Demokrat menang...“

“SBY jadi presiden lagi ni“ Pak bubur menyahut.

“Kalo SBY jadi presiden lagi, harga mahal... Engga kuat untuk pedagang...“ seru ibu pelanggan.

“Iya kita pedagang jadi susah, harga bubur ini aja udah naik lagi“ jelas Pak bubur.

“Tapi kalo SBY jadi presiden, guru-guru ma dosen untung... Sekarang kan ada sertifikasi buat guru-guru, itu kemaren di UIN aja baru sertifikasi...“

“O. Yang sekitar 2000 guru itu bu ya?“ tanyaku.

“Iya, yaa orang pendidikan senenglah kalo SBY presidennya, derajatnya naik sebagai guru“

“Tapi mau presiden ato caleg, tetep aja rakyat mah kayak gini Bu...“ ibu yang satunya lagi ikut berkomentar.

“Iya yang ada malah kita bingung milih caleg, apalagi milih presiden nanti ya? Semuanya sama aja...“ tambah Pak bubur.

“Yaa itu pasti, kita jadi bingung milih siapa...“

“Mas, tadi ikut nyoblos?“ tanya Ibu pelanggan

”O, engga bu, biarin ajalah keluarga mereka yang milih mereka Bu... Ibu?“

“Saya kan dari kalimantan, jadi engga mungkin kalo harus pulang cuma untuk nyoblos”

“Iya sama aja Bu, saya juga harus pulang kalau mau nyoblos, biarin aja lah caleg ato capresnya siapa, biar diri kita masing-masing aja yang jadi presiden, kan sama aja rakyat kayak gini siapa pun presidennya. Ha...“

“Iya, susah dipercaya pemimpin kita sekarang nih..“


Tak terasa bubur kacang ijo yang kita santap mulai habis, aku lebih dulu habis karena lebih dulu datang, sehingga hanya air teh dalam gelas yang menemani akhir2 pembicaraanku tadi.

“Mari Bu saya pulang duluan..“

“O ya silahkan...“ jawab mereka.


Maka aku segera beranjak pergi meninggalkan bubur kacang ijo yang sesaat menjadi ruang diskusi bagiku, tentunya setelah aku membayar bubur kacang ijo yang aku pesan tadi.


Dan kesimpulan dari obrolan itu adalah, “Biar kita sajalah yang menjadi presiden untuk diri kita, karena itu lebih meyakinkan, dan lebih menjamin masa depan kita dan bangsa!“. Itu demokrasi yang terjadi di bubur kacang ijo. Tapi dari obrolan itu yang membuatku berpikir adalah, betapa berartinya sebuah informasi.. Kamu tahu? Bahwa aku baru melihat informasi tentang hasil pemilu legislatif adalah satu jam sebelum terlibat obrolan dengan ibu-ibu dan Pak bubur itu..

Hm, ternyata hobiku membaca informasi bermanfaat bagi komunikasi interpersonal. Hhaha,, B)

[www.lebay.com]


HIDUP PRESIDEN DIRI SENDIRI!! :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS