RSS

Old Banten; The Lost Kingdom



Banten Lama, selayaknya menjadi warisan sejarah paling berharga yang dimiliki masyarakat Banten, karena peradaban banten pertama kali dimulai dari sini. Di Banten Lama terdapat bangunan-bangunan sisa masa kesultanan zaman dulu, di antara yang masih utuh adalah Masjid Agung Banten yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570) sultan pertama dari Kesultanan Banten, yang tak lain adalah putra pertama dari Sunan Gunung Jati. Selain Masjid Agung Banten, terdapat juga beberapa area kesultanan yang saat ini hanya tersisa reruntuhannya saja, yaitu reruntuhan Benteng Kaibon, Benteng Surosowan dan Benteng Spelwijk.

Sayangnya kemegahan istana dan mahalnya warisan sejarah kesultanan ini tidak dibarengi oleh kesadaran masyarakat dan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan lokasi Banten Lama sebagai warisan sejarah, setidak-tidaknya sebagai daya tarik wisata. Di bawah ini adalah foto-foto yang berhasil aku dapatkan saat berjalan-jalan di kawan Banten Lama pada Selasa, 10 Januari 2012. Foto diambil menggunakan KODAK M340.


Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya arsitek Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Menara Masjid Agung Banten, terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang. Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 km. Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

Lorong-lorong di sekitar masjid masih merupakan peninggalan kesultanan yang tidak mengalami perubahan sedikitpun dalam bentuknya.

Pasar yang memadati kawasan Masjid Agung Banten tampak semrawut dan tidak semestinya berada terlalu dekat dengan Masjid Agung Banten. Oleh karenanya Ketua Kenadziran Masjid Agung Banten berencana merelokasi pasar tersebut agar tidak terlalu dekat dengan masjid, juga agar area masjid agung banten tampak lebih luas.

Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten yang dibangun sekitar tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanudin dan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna . Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektar.

Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.

Istana Kaibon (Kaibon = Keibuan), adalah istana yang dibangun oleh Sultan Syafiudin untuk Ibundanya, Ratu Aisyah, mengigat pada waktu itu sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifusin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan.

Pada Istana Kaibon, setidaknya pengunjung masih bisa melihat sebagin dari struktur bangunan yang masih tegak berdiri. Sebuah pintu berukuran besar yang dikenal dengan nama Pintu Paduraksa (khas bugis) dengan bagian atasnya yang tersambung, tampak masih bisa dilihat secara utuh. Deretan candi bentar khas banten yang merupakan gerbang bersayap juga masih bisa dinikmati di lokasi ini.

Seorang anak memanjat dinding Istana Kaibon yang sudah runtuh. Istana Kaidon saat ini tidak lebih hanya menjadi lokasi bermain bagi anak-anak di kampung sekitar.


Dalam sejarah, Istana Kaibon ini dihancurkan oleh pemerintah belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan Istana Surosowan. Tampak saat ini hanya sisa-sisa reruntuhan.


Tampak anak-anak sedang bermain saat air menggenangi reruntuhan istana Kaibon. Baik pemerintah daerah maupun provinsi, belum memiliki perhatian untuk membenahi peninggalan sejarah yang paling berharga dimiliki provinsi Banten ini.

Selain keindahan sisa reruntuhan bangunan kerajaan Banten Lama, tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat pemandangan yang tak kalah menarik yang mengarah ke arah laut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comment:

Unknown said...

pemerintah setempat wajib menjaga warisan sejarah dari para leluhur. jangan sampai terbengkalai. sehingga hanya tinggal nama...

Post a Comment