RSS

SchooL of Thought (SOT) VII


SchooL of Thought (SOT) VII

“Reinforce The Attitude of Nasionalism in The Young Nations to Build Identity”

Ciputat, 19-21 Desember 2008


Layaknya angin yang menegakkan rumput dan menjadikannya tumbuh, maka aku hanya ingin menegakkan pengetahuan dan menjadikannya bermanfaat… Ini catatan tentang “sekolah sesungguhnya” yang untuk kali pertamanya aku ikuti. Sekolah pemikiran (SchooL of Thought).


Kegiatan selama tiga hari yang diadain IMM Ciputat ini merupakan rangkaian diskusi dari satu tema ke tema lainnya yang diikuti peserta dari IMM utusan Bogor, Cianjur, Sukabumi, Jakarta Timur dan Ciputat. SOT kali ini ngambil tema, “Reinforce The Attitude of Nasionalism in The Young Nations to Build Identity”.

Ya, Grand tema tahun ini adalah Nasionalisme. Tahun Lalu tentang sains dan peradaban, dan tahun2 sebelumnya banyak mengkritisi tentang pemikiran tokoh2 besar.

What an Amazing SchooL!!

-------------------------


Nasionalisme?

Aku tak banyak membaca tentang Nasionalisme, dan karena memang aku kurang tertarik mengkaji hal ini. Tapi justru karena rasa malasku mengkaji tentang Nasionalisme, maka aku memaksakan diri mengikuti SOT ini untuk menjejali otakku dengan setumpuk konsep tentang Nasionalisme. Pembicara yang dihadirkan sungguh luar biasa… Aku salut!

Let’s Share it!

Hari pertama: 19 Desember 2008

Diskusi I:

SOT dibuka pertama oleh Studium General pada pukul 16.00 membedah grand tema SOT, “Reinforce The Attitude of Nasionalism in The Young Nations to Build Identity” bersama Prof. DR. Franz Magnis Suseno.


Beliau ini adalah profesor berkebangsaan Jerman yang sudah sekitar 21 tahun tinggal di Indonesia. Ia memulai penjelasannya dengan mempertanyakan, bagaimana Nasionalisme di Indonesia???


Dengan logat Indo-Jerman-nya ia menjelaskan:

Nasionalisme Indonesia di tantang dari kiri dan kanan. Begitu banyak konflik, kepicikan, intoleransi kasar, egoisme dan begitu banyak korupsi seakan-akan mencekik perasaan kebangsaan. Padahal Indonesia itu apa kecuali Indonesia? Apa yang mempersatukan kemajemukan budaya, bahasa dan agama yang tersebar di lebih dari seribu pulau terhuni – kecuali kebangsaan. Nasionalisme, nasionalisme Indonesia itulah yang mempersatukan kita. Bukan budaya, bukan agama bukan letak geografis.


Ia menegaskan,

Nasionalisme muncul dari kesadaran individu untuk ikut bertanggungjawab atas kondisi bangsa dan negaranya.


Aku pikir Prof. Franz Magniz ini adalah sosok luar biasa lain yang miris melihat bangsa Indonesia…

Pada sesi tanya jawab, beberapa peserta justru mempertanyakan tentang nasionalisme Prof. Franz Magniz ini. “Bapak kan orang Jerman tapi lama tinggal di Indonesia, bagaimana dengan nasionalisme Bapak sebagai warga asli Jerman??”


“Saya sudah sejak 1977 berada di Indonesia. Ceritanya panjang, tapi kurang lebih bahwa pada saat itu kondisi Indonesia sedang dicemaskan oleh adanya gerakan kaum komunis. Maka saya ditugaskan untuk berada di Indonesia dan menyelidiki tentang gerakan komunisme ini yang saat itu dimotori oleh PKI. Yang membahayakan adalah para komunis yang berada di Indonesia adalah komunis asli yaitu orang luar dalam gerakan Marxisme, bukan orang Indonesia yang ikut terbawa komunisme. Tapi rupanya setelah saya berada di Indonesia, komunisme itu tidak sejauh yang saya dan kawan2 di Jerman khawatirkan, karena saat itu sudah reda. Tapi justru saya jadi kerasan di Indonesia. Dan saya memilih tinggal di Indonesia sejak saat itu. Hingga saat ini saya masih sering pulang ke Jerman, tapi saya justru asing dengan lingkungan di Jerman. Ini karena mungkin saya telah larut dalam budaya Indonesia. Tapi ya bagaimanapun nasionalisme saya adalah Jerman.


Saya salut dengan manusia-manusia seperti beliau, ikut merasa bertanggungjawab pada kemajuan bangsa Indonesia sekalipun berkebangsaan Jerman… Lalu bagaimana kita yang nyata2nya asli orang Indonesia..????


Diskusi II

“Sejarah Perkembangan Nasionalisme di Indonesia”

Bersama: Rajajuli Antoni

Materi yang berlangsung dari jam 8 malam ini mencoba membaca ulang sejarah Nasionalisme di Indonesia. Pada diskusi kedua ini baru pemahamanku tentang nasionalisme meruncing, karena pemahaman ini berangkat dari sejarah dan konsep awal tentang Nasionalisme.


Nasionalisme secara singkat diartikan sebagai cinta tanah air. Dulu nasionalisme adalah perjuangan merebut kemerdekaan, tapi saat ini bangsa telah “merdeka” (dalam tanda petik), maka makna cinta pada tanah air adalah ambil bagian untuk bersama berkonstrbusi memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Nasionalisme bersifat dinamis dan sebagai proses yang tak ada akhir, ujar Rajajuli Antoni.


Sejarah nasionalisme bermula sejak diproklamirkannya Sumpah Pemuda dan didirikannya Budi Utomo.


Berbahasa satu bahasa Indonesia,

Berbangsa satu bangsa Indonesia,

Bertanah air satu tanah air Indonesia.


Tapi ada juga pendapat yang menyatakan bahwa nasionalisme bermula sejak didirikannya Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Sarikat Islam (SI), dan sebagian lagi menyatakan nasionalisme bermula sejak didirikannya Masyumi. Pada diskusi ini, selain mengorek sejarah nasionalisme Indonesia, juga mempertanyakan tentang nasionalisme saat ini yang makin rabun dan tak lagi bergairah.


Maka seperti sudah bisa diperkirakan, dalam ruang diskusi ini terjadi perang argumentasi dan kita kembali bergelut dengan dialektika mahasiswa. Aku lebih banyak mendengarkan daripada berpendapat, karena harus aku akui referensi tentang nasionalismeku masih kurang dibandingkan peserta lain yang belakangan ku tahu berasal dari Fakultas FISIP, Prodi Sejarah, HI, dan sebagainya. Tapi beruntung pada saat2 terakhir diskusi aku sempat mengemukakan sebuah argumentasi melalui analogi, seperti ini:


“Teman2, sekarang, bayangkan bahwa pada saat ini kita berada pada masa di mana masih terjadi penjajaan. Kita berada dalam situasi perang seperti saat sebelum kemerdekaan 1945. Apa yang terjadi dan sedang kita pikirkan saat ini??? ......Maka malam ini kita tidak sedang mendiskusikan tentang apa itu nasionalisme, yang kita diskusikan malam ini adalah bagaimana strategi perang yang akan kita gunakan besok??!! Pemberontakan seperti apa yang akan kita lancarkan untuk penjajah?? Siapa yang akan menjadi komando perang?? Dan siapa yang akan menjadi bom bunuh diri di markasnya Jepang???? …….Betapa semangat nasionalisme kita terbakar!!!

Tapi itu dulu!! Kita saat ini adalah manusia2 yang berada setelah kemerdekaan.. Manusia2 yang mendiskusikan tentang nasionalisme tanpa terbakar sedikit pun semangat nasionalisme!! Bagaimana bisa semangat nasionalisme saat ini terbakar jika penjajah saat ini telah bermetamorfosis dalam bentuknya yang lebih halus dan lembut?? Bahkan lebih menggiurkan dan tidak lagi menyakitkan seperti orang2 di masa penjajahan dulu….

-------------------------


Hari kedua, 20 Des 2008

Diskusi III: “Nasionalisme: Antara Budaya dan Agama”

Bersama: Anand Krisna

Isi kepalaku dikeluarkan, lalau dijejali kembali oleh bertubi-tubi pengetahuan tentang bangsa Indonesia sesungguhnya. Anand Krisna, mengisi materi pertama pada jam 08.00 pagi tentang ‘Nasionalisme: Budaya dan Agama’.


Anand Krisna adalah tokoh yang cukup dikenal di dunia Internasional.. Ia memiliki lembaga yang berafiliasi dengan PBB. Ia juga telah menulis lebih dari 320.000 buku.. Anand Krisna manusia yang luar biasa!!


Dalam pemaparannya, aku pikir ia orang yang mengetahui setiap detail konspirasi di dunia, seperti Arab Saudi yang diprediksi menjadi negara miskin pada tahun 2025, Sudan negara yang paling berpotensi dipecahbelah, dsb... Ia tahu di mana posisi Indonesia dalam konspirasi besar tersebut.. Ia juga mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh banyak negara yang berbeda.. Bahkan ia mempunyai solusi atas pemasalahan di Timur Tengah melalui jalan embargo minyak yang ia utarakan pada suatu konferensi Internasional..


Yang unik adalah, ia tokoh yang "menghargai" setaiap ajaran agama.. Menghargai bagi Anand Krisna mungkin berarti menyelami setiap ajaran agama, meyakini yang benarnya, dan melaksanakan ajaran-ajarannya yang benar.. Ia manusia yang jujur!


Tadi pagi sebelum beliau datang, beberapa asistan (anggota) atau bawahannya mungkin, datang lebih dulu ke aula.. Wuih.. cukup banyak yang datang.. malah di tengah2 diskusi ia bilang, salah satunya adalah bankir.


Tentang posisi budaya dan agama bagi nasionalisme, Anand Krisna menyatakan bahwa keduanya (agama dan budaya) merupakan sumber bagi tumbuhnya nasionalisme. Nasionalisme tumbuh karena budaya yang sama, dan juga karena agama yang sama. Walau menurutnya agama berpotensi untuk digoyahkan dan dipecahbelah. Ya.. kira-kira itulah kesimpulannya tentang nasionalisme, karena dalam pemaparannya ia lebih banyak menjelaskan berkaitan dengan data-data, hasil penelitian, hasil konferensi dan bukti lain berkaitan dengan kondisi Indonesia dan beberapa bangsa lainnya terutama Timur Tengah. Salah satunya adalah beliau pernah menghadiri suatu konferensi Internasional di Brazil, yang dihadiri oleh 2000 ilmuwan dari seluruh dunia. Dalam konferensi itu disepakati bahwa negara terkaya di dunia hanya ada dua, yaitu Indonesia dan Brazil! Ini adalah hasil konferensi internasional.

Negara kita paling kaya??


Anand Krisna menutup diskusinya dengan kata-kata yang sangat bijak, “Kalian tidak perlu mempercayai apa yang telah saya katakan dalam diskusi ini, tapi coba kalian cari data-datanya lebih lengkap, telusuri lagi dan lakukan penelitian lebih mendalam sehingga jelas bagi kalian segalanya. Dan terakhir, kembalilah ke perpustakaan!”


Aku mengutip kata-kata dari Film ‘Die Hard’, “Jika kamu tahu setengah saja dari pengetahuan Anand Krisna, maka kepalamu akan pecah!!” =0

Thank’s Guruji!

………….


Diskusi III:
Memaknai Kembali Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan simbol-simbol Negara untuk Menakar Patriotisme

Bersama: Prof. Tumanggung

Sore ini giliran Prof. Tumanggung mengisi otak kami tentang Patriotisme. Prof. Tumanggng adalah sosok yang tegas, rendah diri dan berjuang keras, itu tampak dari cara berbicaranya yang mengajarkan kita pentingnya bekerja keras dalam hidup.


Patriotisme didefinisikan oleh beliau sebagai berjuang untuk kebenaran atau nilai-nilai luhur. Patriotisme dalam kehidupan nyata adalah penanaman nilai kebangsaan, saling menghargai, tolong-menolong, dan memperjuangkan cita-cita bangsa.


Bendera Merah Putih dan Pancasila sebagai simbol negara, semestinya tidak hanya menjadi bagian dari ritual warga Indonesia dalam upacara, tetapi lebih dari itu adalah menempatkan ideologi bangsa yang harus diperjuangkan.

Selanjutnya Prof. Tumanggung hanya menjelaskan tentang sebaiknya menjadi mahasiswa yang berjuang untuk bangsa dan negara ditengah kehidupan masyarakat yang makin beragam.


Diskusi IV:

Gerakan Mahasiswa vis a vis Politik Praktis”

Bersama: Bang Ray Rangkuti

Memasuki diskusi ke-IV, malam itu naluri mahasiswa kami diguncang oleh profokasi dari Bang Ray Rangkuti. Aktivis tahun 98 yang saat ini menjadi direktur Liga Pemuda.. Beliau termasuk tokoh yang sering menjadi narasumber di TV ONE… Bang Ray ini benar2 seorang aktivis, dia banyak menceritakan aktivitas demonya yang selalu menjadi headline news koran nasional.


Isu sekecil apapun, kita demonstrasi! Saya masih ingat dulu, kami merencakan demo besar itu di ruang ini. Ya, di ruang aula IMM ini bersama mahasiswa-mahasiswa dari organisasi lain. Dari setiap demo itu kami hanya berharap akan ada perubahan terkait isu-isu di negara ini”. kenang Bang Ray berapi-api.


Mahasiswa yang dulu dan sekarang jauh berbeda saat ini! Dulu semangat perubahan itu benar-benar terasa… Kita berdemonstrasi untuk perubahan! Kalian tentu tau kalau mahasiswa itu agent of Social Change?? Agen perubahan sosial yang seharusnya menjadi pemecah masalah yang terjadi di negara ini. Tapi saat ini mahasiswa bukan menjadi pemecah masalah, justru menjadi bagian dari masalah itu…

Mahasiswa saat ini hilang daya kritisnya! Kita dulu berdemo di setiap ada permasalahan, menentang dan mendesak perubahan… Tapi rupanya kalian cukup tenang dengan isu-isu saat ini, seperti tidak sedang terjadi apa-apa. Coba sekarang dari sebelah kiri saya, sebutkan isu-isu apa saja yang bisa kita kritisi..??


Kasus Lapindo…

BLBI….

UU BHP…..

Harga BBM…….

Dollar yang menaik…


Dan masing-masing kita menyebutkan isu-isu nasional yang berbeda.

Nah, mana mahasiswa yang turun ke jalan dengan sebegitu banyaknya isu di negara yang harus sama-sama kita benahi ini??? Terus saja mahasiswa bergelut dengan kuliah-kuliah mereka….

Coba saya tanya, untuk apa kalian kuliah tinggi2, punya banyak ilmu??

……………………………..

Nah, bingung kan jawabnya??

Semua akan kembali lagi untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat! Maka seluruh aktivitas mahasiswa pun harus bertujuan kesitu… memperjuangkan rakyat, menegakkan kebenaran dan keadilan!


Begitulah Bang Ray Rangkuti membakar naluri mahasiswa kami.....

Mempertanyakan kembali cita-cita mahasiswa!


Hari Ketiga, 21 Des 2008

Diskusi V: …………….[Lupa judulnya!]

Bersama: DR. Sudarnoto

Aku kembali pada jati diriku sebagai kader Muhammadiyah!

Diskusi kali ini membahas tentang Gerakan Muhammadiyah.


Pak Sudarnoto yang tak lain Purek IV UIN Jakarta ini ‘menagih’ loyalitas kader Muhammadiyah. Beliau menyatakan bahwa kader Muhammadiyah saat ini makin kehilangan jati dirinya tergerus zaman.

Kader Muhammadiyah perlu benar2 kembali pada Al-Quran dan Sunnahnya.


Pak Sudarnoto menyampaikan:

Universitas Muhammadiyah di manapun di Indonesia saat ini cenderung sekuler! Coba kalian buktikan sendiri?!


“Iya Pak, UMM itu terkenal sebagai universitas yang masuk dalam 3 besar universitas di Malang yang banyak melahirkan ayam kampus…”

“Ya, di kampus saya Universitas Muhammadiyah Sukabumi, kebanyakan mahasiswinya tidak memakai kerudung…”. Masing-masing peserta berkomentar untuk membuktikan.


Dan pada akhirnya kita semua disadarkan akan jati diri kita sebagai kader Muhammadiyah yang harus berbuat bagi persyarikatan terutama bagi bangsa dan negara...!!

-----


Setelah diskusi tentang Muhammdiyah, seharusnya masih ada satu ladi diskusi dari Yudi Latif, tapi tiba-tiba beliau mendadak sakit dan tidak bisa hadir. Maka diskusi tentang Muhammadiyah ini menutup serangkaian diskusi dalam School of Thought angkatan ke-VII.


Sebagai follow up dari SOT tersebut, maka diangkatlah ketua angkatan untuk SOT angkatan VII ini… Dan rupanya itu tak jauh dari nama IqbaL. Hha… Yeah… Ketua angkatan diperlukan untuk melanjutkan diskusi-diskusi kita setelah SOT ini…


Thank’s tuk semuanya, terutama IMM Ciputat.


---kesan:

Sel-sel dalam otakku telah membentuk koneksi baru yang lebih rumit, menjadi serangkaian aktivitas yang terus bergerak dan tak pernah berhenti… Dari SOT ini aku merasakan ada semangat perubahan dan pemberontakan yang terus bergejolak… Perubahan dan pemberontakan tentang menjadi mahasiswa yang berani meneriakkan kebenaran dan keadilan! Tentang menjadi intelektual yang gemar mencari ilmu dan meneliti! Tentang menjadi kader Muhammadiyah yang loyal dan memberi manfaat kepada masyarakat! Dan tentang menjadi bangsa Indonesia yang segera berbuat untuk membantu menyelamatkan negera Indonesia……….


Aku harus segera berbuat!







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comment:

Post a Comment