-----------
Ini saat yang sesungguhnya! Pemilihan & Penghitungan Suara….
Deghh…!!
Kamu tahu? Aku begitu optimis bisa menjadi Presiden BEMF, bukan hanya karena visi misiku yang mendapat banyak pujian dari mahasiswa, dosen bahkan capres/cawapres lain, tapi dukungan secara langsung juga terus berdatangan hingga saat akan pemilihan, bahkan dari senior di partai lain. Selain dukungan tentunya kekhawatiran, seperti yang sempat aku dengar, “Asal si Iqbal ga maju, gw yakin dengan calon gw”, dsb..
Sebenarnya semua itu bisa berarti dua hal, yaitu: partai lain akan makin mengukuhkan barisan mereka, atau justru sebaliknya! Tapi yang pasti, aku tidak melakukan mapping secara serius seperti yang partai lain lakukan. Misalnya, saat akan pemilihan, partai2 lain dibuat sibuk dengan kirim2 sms ke siapa saja agar mereka memilih calon presidennya. Sementara aku masih bercumbu mesra dengan Fatimah Chen Chen (novel Motinggo Busye).
Malam penghitungan suara…
Aku sempat kirim sms ke k’Adang.
Di lobi kampus rame bgt.. masing2 partai bawa rombongannya.. termasuk alumni2 mereka.. di saat kayak gini, cuma semangat yang jadi rombongan qt.. Penghitungan baru mau dimulai.. Bismillah.. (4 des 09:35 pm)
Penghitungan pun berjalan, saat itu hanya ada aku, Fakhry, Nur dan Sarah. Di saar partai lain dengan puluhan masa mereka. Huffh,, aku salut dengan keseriusan mereka.. Di tengah2 penghitungan, semua sudah bisa memperkirakan, partai progressive dan partai Boenga tertinggal cukup jauh, lalu disusul PIM. Tinggal PARMA dan PPM yang bersitegang di papan hasil penghitungan.
Dan hasilnya,, aku sms ke K’Adang lagi:
Hasilnya.. PROGRESSIVE = 22, PPM=154, PARMA = 153, PIM = 104, BOENGA = 4, Qta yang MENANG! Karena perubahan di tangan kita! Bukan di tangan pengecut! Hidup PROGRESSIVE!! (02:30 Sent to : K’Adang)
PPM yang berhasil menang, dan mereka menangis… Haru..
Aku menyalami mereka, tapi justru dibalik tangis itu aku melihat pikiran berat bagi mereka, karena capres dan cawapres mereka disiapkan oleh partai, bukan kehendak sendiri. Sehingga saat mereka menang justru mereka sendiri yang harus bergerak, bukan partai. Sang pemenang bingung dengan kemenangannya!
Anak2 PARMA yang beda 1 suara menangis, tapi aku pun menyalami mereka…
“Boy, Perubahan di tangan kita! Bukan di tangan mereka yang menang!”
Pesta pun usai…………………………
Beberapa Kata:
1. Mungkin aku bisa berbangga dengan diriku yang terlalu mendapat banyak dukungan, pujian dan paling diperhitungkan sebagai capres. Tapi aku lupa bahwa hakikat politik kembali lagi kepada partai. Ya, sehingga aku menilai bahwa kemenangan politik bukan kemenangan individu, melainkan kemenangan partai! Artinya, indiviu macam apapun bisa menjadi pemenang jika masa partai mereka paling banyak, dsb.
2. Aku pun dilupakan pada proses politik yang justru paling penting, mapping dan mengumpulkan suara! Memang karena tak bernaluri politik mungkin, aku hanya tenang2 bergumul dengan buku kecil, di saat partai besar berusaha mati2an mengumpulkan suara, meskipun hanya satu suara yang mereka peroleh. Belakangan aku tahu dari partai yang menang, mereka rela menjemput satu orang ke rumahnya di hari pemungutan suara dan satu orang tersebut sedang tak ada jam kuliah, hanya untuk meminta orang itu mencoblos capresnya! Huh, dijemput ke rumah?! Gila bukan??
3. Tentang hasil perolehan suaraku, aku juga bingung… tapi belakang aku tahu, justru teman dekatku memilih calon lain dibandingkan aku, hanya karena lobi mereka kuat.
4. Capres dan cawapres partai lain telah dipersiapkan setahun sebelumnya saat PEMIRA tahun lalu usai. Sementara aku maju tanpa persiapan, hanya seminggu sebelum penyerahan akhir nama capres ke KPU… =0
5. Aku berjuang dengan sepenuhnya naluri perubahan yang aku punya, beserta setiap substansi nurani untuk berbuat baik, termasuk segala keciutan nalar politik yang ada. Di saat partai lain berjuang dengan kekuatan politik yang besar dan dana yang sangat mendukung, aku tak bisa berbuat sebesar mereka. Belakangan aku tau kalau HMI (yang kalah), menghabiskan dana Rp. 6.000.000 agar calon presidennya menang dalam bursa Capres BEMF. Itu pasti sangat kecil dibandingkan dengan dana yang harus dikeluarkan untuk capres di tingkat Universitas.
Pada akhirnya aku belajar dari semua pengalaman ini:
Politik adalah politik, politik berbahasa lobi dan materi, bukan hati nurani!
Kemenangan politik kemenangan mencederai terlalu banyak manusia berhati peri.
Politik……. Politik dan disimulasi manusia. Bukalah nalurimu!
0 comment:
Post a Comment