Drama Penangkapan Presiden PKS #2
Kamis,
30 Januari 2013
Sekitar pukul 22.50
WIB, Anis Matta keluar dari ruangan dan menyampaikan bahwa akan ada konferensi pers terkait status Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka kasus impor sapi.
Anis tak banyak bicara, ia kemudian masuk ke dalam lift dan menuju lantai 5
dimana petinggi PKS juga ada di dalamnya, termasuk Luthfi Hasan. Sementara
beberapa orang mulai mempersiapkan jumpa pers di ruang yang sebelumnya jadi
rapat pleno DPP PKS.
Pukul 23.00 WIB,
sekitar 6 orang penyidik KPK tiba-tiba merangsek masuk ke dalam gedung DPP PKS.
Salah seorang dari mereka mengenakan ID KPK. Kontan saja wartawan langsung
mengepung 6 penyidik KPK yang bergerak menuju lift itu.
“Bang, ini
penangkapan atau apa?” tanya wartawan berulang kepada penyidik KPK itu. Tapi
mereka tutup mulu, diam dan hanya menunggu pintu lift terbuka.
“Ini (ke) lantai
berapa?” tanya seorang penyidik ke rekannya.
“Lantai 5 bang,”
celetukku di sampingnya.
Namun saat mereka
baru masuk lift, Luthfi Hasan dan beberapa petinggi PKS keluar dari dalam lift
dan menuju ruang konferensi pers. Suasana jadi crowded, saat beberapa petinggi
PKS turun dari lift dan berpapasan dengan 6 penyidik KPK, puluhan wartawan yang
semula mengepung penyidik langsung beralih menuju Luthfi Hasan yang bergerak ke
dalam ruang konferensi pers.
“Tahan dulu
konferensi persnya itu, tahan,” tiba-tiba seorang penyidik KPK meminta rekannya
agar petinggi PKS membatalkan konferensi pers.
“Itu jangan dulu
dimulai, konferensi persnya tahan dulu,” ulang penyidik berjaket hitam itu. Ia
dan beberapa penyidik jadi terlihat bingung akan naik ke lantai atas atau
keluar dari dalam lift yang saat itu pintunya ditahan tetap terbuka.
Namun rupanya
permintaan penyidik itu tak dihiraukan. Konferensi pers tetap berjalan.
Wartawan pun serius mengikuti jalannya konferensi pers. Saat itu aku dibantu
redaktur lain, mas Elvan. Semua yang disampaikan oleh Luthfi Hasan dalam
prescon ditulis cepat tak ada yang tertinggal. Sayangnya Luthfi tidak bersedia
untuk tanya jawab. Luthfi Hasan saat itu didampingi ketua Fraksi PKS Hidayat
Nur Wahid dan anggota komisi hukum DPR FPKS, Al Muzammil, Bukhori, Indra dan
Aboe Bakar Al Habsy.
Ini pernyataan dalam konferensi pers: 1. siap taat hukum, 2. imbau kader berdoa
Usai konferensi pers
yang ‘menegangkan’ itu, para petinggi PKS itu kemudian masuk kembali ke dalam
lift bersama dengan penyidik KPK menuju
lantai 5. Akhirnya wartawan hanya bisa menunggu di bawah.
“Ustad, komentar dong
kalau ustad Luthfi ditangkap gimana?” tanyaku pada politisi PKS, Indra.
“Nanti liat aja..”
jawabnya sambil berjalan ke atas melalui tangga.
Tiba-tiba aku
dikabari kalau kedatangan penyidik KPK ke Gedung PKS malam ini dipimpin langsung
oleh kompol Novel Baswedan. Penyidik yang satu ini emang fenomenal. Tapi
seingatku dari 6 penyidik yang masuk lift itu tak ada Novel. Akhirnya aku cek
di luar gedung, dan Oh! Betul saja. Pendekar KPK itu rupanya tengah berdiri
santai sambil mengobrol bersama sekitar 3 orang wartawan di halaman depan. Aku
ikut nimbrung dalam obrolan bersama bang Novel. Tampilannya sederhana, kemeja
putih garis hitam dan selalu senyum setiap kali bicara. Ramah betul penyidik KPK
satu ini.
“Wah, ngeri ini
kalau bang Novel yang pimpin penangkapan,” candaku pada bang Novel.
“Terakhir yang Buol
kan bang?” lanjutku.
“Mmm.. iya yang
terakhir yang penangkapan Bupati Buol ya,” jawabnya tertawa ringan. Kemudian ia
bercerita tentang penangkapan dramatis di Buol itu.
“Bang, malam ini intruksinya
penggeledahan atau langsung ditangkap?” tanyaku usai ia bercerita.
“Hm, mungkin
dua-duanya kali ya..” jawab novel kembali tertawa.
“Wah, bisa saya
quote itu bang?” tanyaku lagi. Tapi dia hanya tersenyum.
Obrolan saat itu
ditimpali juga oleh 2 wartawan lain yang sepertinya mereka wartawan KPK. Bang
Novel terlihat sangat ramah. Lalu tiba-tiba, saat kami sedang asyik ngobrol,
beberapa wartawan berlari ke arah belakang gedung PKS. Penasaran, akupun ikut berlari
mencari tahu ke belakang gedung. “Makasih bang ngobrolnya..” kataku kepada bang
novel sambil berlari.
Rupanya di belakang
beberapa mobil KPK sudah standby untuk membawa presiden PKS ke Gedung KPK. Duh!
Langsung ditangkap ini! Mungkin maksud penyidik KPK ingin menghindari wartawan
dengan mengeluarkan Lutfi Hasan dari pintu belakang, tapi ya gedung itu kan
kecil, lagipula wartawan banyak, jadi tetap ketahuan.
Tak lama Luthfi Hasan
keluar melalui pintu belakang berukuran kecil didampingi penyidik KPK dan
beberapa politisi PKS. Wartawan langsung mengepung Luthfi, tapi ia enggan
berkomentar. Seorang kader PKS aku lihat menghampiri Luthfi, saat itu aku masih
berada dekat disamping sang presiden, “Doakan saja..” kata Luthfi membisiki
kader PKS yang menghampirinya.
“Pak ini mau
langsung dibawa ke KPK atau kemana?” tanya wartawan berulang kali kepada
penyidik, tapi tak dijawab. Mobil penyidik KPK itu bahkan sempat tertahan
karena banyaknya wartawan foto yang ingin mengambil gambar ‘peringkusan mangsa
baru’ KPK itu.
Wushh..
mobil itu pergi meninggalkan gedung DPP PKS menuju gedung KPK. Di KPK tentu
sudah standby wartawan lain di sana. Aku kembali ke dalam gedung. Rupanya
kompol Novel yang semula ngobrol di depan tak lagi tampak. Kemana penyidik satu
itu..
Drama penangkapan
usai, beberapa wartawan terlihat ada yang juga langsung pulang terutama
wartawan foto. Sebagian lainnya masih duduk-duduk menunggu kabar selanjutnya. Terutama
keterangan tambahan dari PKS, karena beberapa petinggi PKS memang masih ada di
dalam, salahsatunya Hidayat Nur Wahid.
Aku bersama sekitar
8 orang wartawan menunggu di pintu belakang, karena beberapa orang yang keluar
dari gedung itu masih keluar melalui pintu belakang. Penakut! Mobil Hidayat Nur
Wahid kemudian terlihat stanby di belakang untuk membawa ketua fraksi itu
meninggalkan gedung. Tapi sang sopir seperti ragu-ragu, karena masih banyak
wartawan di belakang, begitu juga di
pintu depan.
Aku menghampiri
sopir ustad Hidayat yang sebelumnya memang kami sudah saling kenal dan terlibat
obrolan. “Ustad mau pulang?” tanyaku.
“Belum tahu ini,”
jawabnya.
“Udah lah nggak usah
kucing-kucingan lewat pintu belakang gini,” kataku. Tapi dia hanya terkekeh.
Tak juga keluar dan
khawatir keluar dari pintu depan, akhirnya kami membagi dua. Sebagian wartawan menunggu
di depan, dan yang lain termasuk aku tetap di belakang bersama 3 orang.
“Ping!” Hidayat
keluar dari depan. Aku langsung bergerak ke depan, tapi sayang baru saja mantan
rival Jokowi di Pilgub DKI itu sudah meninggalkan gedung. Akhirnya transkrip
wawancara Hidayat dishare kepada yang lain. Pernyataan Hidayat, klik: 1. Siapkan kuasa hukum, 2. Majelis Syuro, 3. Pengaruh ke PKS
Setelah Hidayat
pergi, suasana di DPP PKS makin sepi. Jam saat itu menunjukkan sudah pukul 12.30
WIB. Wartawan satu persatu pulang. Hanya tinggal sekitar 10 orang, termasuk
wartawan TV, Metro dan TvOne.